Pages

Minggu, 30 Juni 2013

Akhir yang Sempurna


Ditulis tanggal 1 July 2013


Kejuaraan Piala Konfederasi yang disebut-sebut sebagai ajang pemanasan jelang bergulirnya pesta sepakbola 4-tahunan Piala Dunia telah menemukan juaranya. Tak lain dan tak bukan tuan rumah Brasil yang berhasil memiliki piala itu untuk yang ke-4 kalinya. Kemenangan Brasil diraih ketika tim Samba berhasil menghempaskan tim peringkat pertama FIFA, Spanyol. La Furia Roja yang begitu digdaya dalam kurun 5 tahun terakhir ini dihajar 3 gol tanpa balas di partai final pagi tadi.
Maracana bersama puluhan ribu supporter yang memadati stadion pagi tadi menjadi saksi betapa apiknya skema permainan yang diterapkan oleh Neymar dkk. Serangan cepat dan efektif, penguasaan bola yang baik, dan pertahanan yang tangguh menjadi kunci kemenangan Brasil pagi tadi. Brasil memang tampil garang sejak awal laga. Hal ini terbukti dengan gol cepat yang dicetak Fred ketika pertandingan baru memasuki menit ke 2. Dengan menjadi tuan rumah, kemenangan memang menjadi harga mutlak bagi tim Samba. Dukungan puluhan ribu supporter yang menguningkan stadion Maracana tidak boleh dikecewakan begitu saja.

Kamis, 27 Juni 2013

Belum Ada Kepastian


Ditulis tanggal 26 Juni 2013
Saat ini nasibku tengah terkatung-katung. Belum ada kepastian dimana aku akan melanjutkan sekolah. Kegagalanku lolos dalam SNMPTN lalu membuatku harus berjuang lagi . Saat ini aku telah mencoba menembus ujian tulis bernama SBMPTN. Dan seperti seleksi-seleksi pada umumnya,saat ini aku tengah menunggu pengumuman. Satu hal yang sangat kubenci.
Bukan apa-apa, kalau cuma sehari dua hari atau seminggu sih gak apa-apa, tapi seleksi nasional selalu membutuhkan waktu lebih dari itu untuk mengumumkan hasil seleksi. Dan nasib kami, para peserta ujian cukup menyedihkan. Menunggu. Galau. Antara masuk dan gak masuk. Mau yakin masuk nyatanya ga yakin, mau langsung ga yakin ko kayanya masih ada peluang. Nah loh, bingung kan…

Jika Waktunya Tiba, Tak Ada yang Bisa Menghentikannya


Ditulis tanggal 1 Agustus 2012
Tulisan ini, seluruh paragraf dalam tulisan ini saya tunjukkan untuk seorang pahlawan olahraga yang telah seringkali mengangkat nama bangsa ini pada puncak tertinggi sebuah prestasi. Seorang yang dicintai masyarakat Indonesia, Tunggal Putra Indonesia Taufik Hidayat.
Banyak orang yang bilang kalau cinta pertama itu adalah yang terindah dari cinta-cinta setelahnya. Sesuatu yang pertama memang selalu terasa istimewa. Anak pertama, peringkat pertama, juara pertama, masuk pertama, gaji pertama, dan pertama-pertama yang lain. “Secantik apapun bunga-bunga yang lain, bunga pertama selalu menjadi yang tercantik.” Begitu kata pak Kapolres Trenggalek saat mengisi acara istighozah di sekolah saya sebulan yang lalu. Dan itu memang benar. Cinta pertama saya, seseorang yang pertama kali menjadi idola saya tak lain dan tak bukan adalah pemain bulutangkis Indonesia, Taufik Hidayat.