Pages

Kamis, 30 Agustus 2012

Tuhan yang Lebih Tahu

Ditulis tanggal 26 Agustus 2012 Pada dasarnya kita manusia hanyalah makhluk Tuhan yang serba terbatas. Tiada manusia yang sempurna, begitu pepatah mengatakan. Pengetahuan di dunia ini sangat amat luas, bahkan digambarkan jika seluruh lautan di bumi ini digunakan sebagai tinta untuk menulis pengetahuan-pengetahuan yang ada di dunia ini, maka sampai lautan ini kering-pun pengetahuan itu belum semuanya tertulis. Dengan dasar itu, maka tidak sepatutnya kita merasa lebih benar daripada orang lain padahal pengetahuan yang kita miliki hanya seberapa. Agama adalah suatu kepercayaan. Dan kepercayaan setiap orang tidak selalu sama. Seperti halnya sebagian orang percaya kalau angka 13 itu angka sial dan sebagian lagi tidak percaya. Kepercayaan orang tidak bisa kita rubah, karena mereka telah percaya dan yakin serta memiliki dasar yang mereka anggap benar. Berbeda halnya dengan hukum, kita tidak bisa menghakimi benar atau salahnya kepercayaan seseorang, meskipun kita punya bukti yang kita anggap kuat dan benar sekalipun. Misalkan dalam Al-Qur’an umat Islam dilarang menyembah lebih dari satu Tuhan. Hanya dengan hal itu bukan berarti kita menyalahkan umat Hindu yang menyembah banyak Dewa karena mereka juga memiliki dasar yang mereka yakini benar sehingga melakukan hal tersebut. Manusia juga tidak berhak menyebut seseorang itu kafir dan orang yang lain beriman, karena pemahaman tentang kafir dan beriman itu sendiri belum tentu kita paham, dan meskipun kita yakin kita paham belum tentu apa yang kita pahami ini benar menurut Allah SWT. Karena memang hanya Allah-lah Yang Maha Menentukan “sebutan” untuk makhluk-Nya, sedangkan tugas manusia hanya berusaha agar mendapatkan sebutan sebagai orang yang beriman dari-Nya. Menurut saya, kerusuhan antar umat beragama sampai membakar rumah, membakar tempat ibadah, membakar kitab suci, atau bahkan menghilangkan nyawa orang lain itu hanya sia-sia saja dan bisa jadi malah menambah dosa kita. Kenapa mereka harus dan mau melakukan hal sekeji itu? Padahal kalau kita mau berfikir lebih jauh kita sama sekali tidak bertanggung jawab atas keimanan orang lain. Keimanan itu adalah urusan masing-masing individu dan yang mempertanggung jawabkannya kelak adalah individu itu sendiri. Sebagai contoh, ada seorang Ustadz yang mengajarkan kebaikan kepada muridnya, namun salah seorang murid itu tidak mengindahkan ajaran itu dan terus menerus berbuat dosa. Jika sampai akhir hayatnya murid itu tidak mau bertaubat dan andaikata akhirnya murid itu masuk neraka, apakah si Ustadz tadi ikut masuk neraka karena tidak dapat mengubah si murid berbuat baik??? Tentu jawabannya TIDAK. Kesalahan murid itu, murid itu sendiri-lah yang mempertanggung jawabkannya. Oleh karena itu, kita tidak perlu memaksa orang lain untuk memiliki kepercayaan yang sama dengan kita. Yang bisa kita lakukan hanyalah saling mengingatkan saja. Sebaliknya, orang lain juga tidak berhak memaksa kita untuk mengikuti kepercayaannya. Kita hanya perlu melawan jika mereka mengganggu kita. Begitu pula yang diajarkan Rasulullah SAW. Semua perang yang terjadi di zaman Rasulullah SAW itu hanya upaya untuk melindungi diri dan mempertahankan Islam, bukan emosi gara-gara Islam dicemooh atau dihina. Dan pada kenyataannya, manusia tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kemudian. Tentang bagaimana kebenaran yang sebenarnya itu, manusia tidak akan pernah tahu. Tentang ada tidaknya surga dan neraka, ada tidaknya kehidupan akhirat, tidak ada manusia yang dapat membuktikan. Yang bisa dilakukan manusia saat ini hanyalah PERCAYA atas apa saja hal yang akan terjadi suatu saat nanti. Mempercayai hal yang belum terjadi, tentu saja akan muncul banyak perbedaan diantara kita. Masing-masing perbedaan memiliki dasar dan pedoman masing-masing. Tentang siapa yang pada akhirnya paling benar, waktulah yang akan menjawab. Dan semuanya hanya Dzat Yang Maha Tinggi-lah yang tahu. Jadi, daripada mengusik dan menyalahkan kepercayaan orang lain, jauh lebih baik jika kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Tuhan, memperbanyak ibadah dan melakukan hal yang bermanfaat untuk sesama. Daripada mencampuri kepercayaan orang lain lebih baik kita melakukan apa yang kita yakini dan percaya dapat membuat kehidupan kita bahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak. PEACE FOR UNITY! Selesai.. Rista Fitria Anggraini.