Pages

Sabtu, 25 Februari 2012

Dimana Penggila Sepakbola itu Tinggal?

(ditulis tanggal 19 Februari 2012)



Malam ini partai big match Liga Super Indonesia kembali digelar. Hari ini giliran Singo Edan Arema Indonesia yang bertanding menghadapi Macan Kemayoran Persija Jakarta. Partai yang berkesudahan dengan hasil imbang 1-1 ini menjadi partai panas dan paling ditunggu-tunggu dalam sepekan ini.

Arema Malang dan Persija Jakarta adalah tim terbaik di negeri ini. Maka tak heran, duel diantara keduanya pun menjadi daya tarik yang kuat bagi penggila bola di tanah air. Stadion Kanjuruhan markas Singo Edan yang beberapa pertandingan terakhir terlihat lengang penuh sesak dipadati pendukung kedua tim yang terkenal akur dan damai. Ratusan atau bahkan ribuan The Jak Mania yang datang langsung dari Jakarta semakin memperindah suasana stadion malam ini.

Namun, dari sekian banyak keramaian dan keantusiasan dalam menyambut laga malam ini, ada satu tempat yang tidak berubah. SAMA SAJA. Ga peduli ada pertandingan sehebat apapun sebig match apapun tempat ini tak menampakkan keantusiasannya sedikitpun. Tempat yang dihuni oleh orang-orang yang sama sekali tidak peduli sepakbola. Tempat itu berada tepat di jantung kota Trenggalek, lebih tepatnya adalah pada sebuah rumah berlantai tiga yang dibangun untuk tempat kos pelajar yang berasal dari tempat yang jauh. Dan sialnya, saya tinggal di tempat itu.

Hari ini semuanya berjalan normal seperti biasa kalau tidak bisa dibilang membosankan. Hari Minggu ini saya sengaja tidak pulang kampung ke rumah saya yang berada di pinggiran Kabupaten Trenggalek karena Minggu lalu saya sudah menghabiskan 3 hari di rumah. Rasa malas selalu menguasai saya untuk melakukan aktivitas di hari libur sehingga sepanjang hari tadi saya menghabiskan waktu saya hanya dengan membaca novel dan tidur.

Saya tahu kalau malam ini ada pertandingan besar dan saya tidak boleh melewatkannya. Namun, keadaan saat ini terasa kurang nyaman. TV yang ada di lantai dua rusak dan masih diperbaiki sehingga untuk menonton partai ini saya terpaksa menonton di lantai pertama yang notabene tempat keluarga bapak kost saya.

Pasti akan sangat mudah dan tidak canggung kalau saya mempunyai teman untuk sekedar menemani saya melihat partai ini karena bapak kost saya juga tidak suka sepakbola. Namun apa daya semua teman saya sibuk dengan urusannya sendiri dan sepakbola menjadi hal yang sangat tidak menarik buat mereka. Maka dengan perasaan kecewa saya turun sendiri ke lantai satu. Saya tidak boleh melewatkan partai ini apapun yang terjadi.

Ternyata menonton TV di lantai satu tak semudah yang saya bayangkan. Saya kira kita bebas mematikan dan menghidupkan TV seperti yang ada di lantai dua namun nyatanya lain. Stop kontak TV tersebut ada di kamar utama bapak dan ibu kost meskipun Tvnya ada di luar. Ini jelas adalah TV pribadi. Tapi apa daya, saya harus melihat pertandingan ini. Dengan sedikit malu saya meminta putra dari bapak kost saya (lagi-lagi bukan penikmat sepakbola) untuk menghidupkan TV. Kalau saja ada tempat lain dimana saya bisa menonton sepakbola secara nyaman pasti saya datang. Tapi nyatanya ga ada, ga ada nobar, teman teman saya juga ga ada yang demen sepakbola. Kalau ada mungkin Cuma sepakbola luar negeri saja.

Dulu ketika SMP dan kost saya belum pendah ke sini saya mempunyai mbak kost yang juga penggila bola seperti saya. Namanya Riza, ia adalah pendukung Arema. Dulu setiap partai Arema dan partai partai seru yang lain kami selalu nonton bareng. Namun saat ini dia sudah kuliah di Malang dan saya harus menyaksikan sepakbola seorang diri. Jujur saja, ini sama sekali ga enak. Saya kecewa dengan lingkungan dimana tempat saya tinggal saat ini. Mengapa dari jutaan penggila bola ga ada satupun yang tinggal dekat dengan saya?

Saya tahu sepakbola Cuma masalah kegemaran, tidak harus semua orang suka dengan olahraga ini. Tapi mengapa jika di tempat lain ada begitu banyak penikmat sepakbola sedangkan di sini tidak ada????Kenapa?????????

Sebenarnya masalah ini sudah saya alami sejak dulu, bahkan sejak saya mulai mengenal dan menyukai olahraga ini. Praktis Cuma mbak Riza orang yang mempunyai hobi sama dengan saya, yang lainnya tidak ada. Bahkan keluarga saya juga tidak ada yang penikmat sepakbola. Ayah saya sama sekali ga suka sepakbola. Beliau lebih memilih tidur daripada nonton bola. Saya kenal bola bukan dikenalkan oleh siapapun seperti kebanyakan orang, saya kenal dengan sendirinya yaitu lewat TV..

Saya selalu bertanya tanya di dalam hati, Dimana penggila sepakbola itu tinggal?? Apakah mereka selalu jauh dariku?? Saya ingin berbaur dengan mereka menonton sepakbola bersama tertawa bersama berteriak bersama, tegang bersama, tidak di tempat sunyi yang kadang kadang harus merelakan ganti chanel TV karena harus berbagi dengan penghuni kost yang lain seperti ini. Bukankah Negeri ini supporter fanatiknya ada banyak sekali?? Tapi kenapa ga ada satupun yang berada dekat dengan saya? Dimana saya bisa menemukan kalian???

Mungkin kalian yang membaca tulisan ini akan menertawakan masalah saya ini dan menganggap saya kuper atau apalah. Terserah kalian mau bicara apa, saya ga peduli. Satu hal yang pasti, meskipun harus menonton bola sendiri saya tidak akan berhenti mencintai sepakbola dan mencari kegemaran yang lain. Bagi saya sepakbola ga ada duanya. Suatu hari nanti pasti saya akan menemukan mereka. Saya akan datang ke stadion langsung dan menyaksikan sebuah partai yang seru bersama mereka. Saya pasti bisa bersatu bersama mereka dan menjadi bagian dari mereka.

Selesai..
Rista Fitria Anggraini.

Hilangnya Motivasi dan Kepercayaan Diri

(ditulis tanggal 11 Februari 2012)



Sudah dua hari ini mood saya kurang baik. Galau, malas, sedih selalu datang menerpa hati dan pikiran saya. Mungkin hal itu jugalah yang menyebabkan semangat saya lambat laun pudar menghilang. Dan.. kehilangan semangat pada saat sekarang ini adalah saat yang kurang tepat karena hari Senin depan saya harus mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat sekolah.

Seperti tahun lalu, saya ikut Mata Pelajaran Fisika.Sampai saat ini saya sudah 3 kali ikut OSN. Mulai dari kelas 1 dan 2 SMP, dan terakhir 1 SMA. Dan ketiga-tiganya saya lolos untuk seleksi tingkat sekolah, tapi selalu gagal di tingkat Kabupaten. Untuk tahun ini yang merupakan kesempatan terakhir saya mengikuti OSN saya sangat ingin sekali lolos tingkat kabupaten dan bisa ikut tingkat provinsi.

Namun kondisi saya saat ini sangat kurang baik. Hilangnya Motivasi dan Kepercayaan diri lambat laun menghilangkan semangat saya. Saya juga tidak tahu alasannya kenapa. 3 hari ini saya beruasaha mengerjakan soal namun tak satupun soal mampu saya kerjakan. Frustasi mulai menyeruak, ada apa dengan sayaaa????????????

Sejujurnya sampai saat ini saya benar-benar tidak tahu apa yang menjadi bakat dan minat saya. Semuanya serba pas-pasan. Tidak baik tidak juga buruk. Saat ini saya hanya bisa mencoba dan mencoba, mana kira-kira yang sesuai dengan saya. Untuk saat ini saya mencoba peruntungan pada Fisika. Saya menyukai pelajaran ini sejak SMP. Namun, kemampuan saya untuk bidang ini pun sangat minim, tidak menonjol sama sekali menurut saya, sehingga harus membutuhkan banyak lagi latihan.

Saya kadang iri dengan anak-anak yang telah mengetahui bakatnya sejak kecil, memiliki orang tua yang siap mendukung bakat dan potensi si anak hingga menjadi seseorang yang berhasil. Jujur saja, saya tidak memiliki semua itu. Saya tidak tahu apa bakat saya bahkan sampai saya berusia hampir 17 tahun seperti saat ini, dan orang tua saya juga tidak pernah mengerti bakat saya.

Dan saya memang benar-benar harus berusaha sendiri. Berusaha mencari tahu dimana sebenarnya bakat dan minat saya. Saya tidak bisa lagi menyalahkan takdir dan orang tua yang tidak menggali bakat saya ketika dini. Saya tentu tidak bisa berbalik badan dan berlari, karena berhenti berusaha hanyalah sifat seorang pengecut.

Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi di waktu yang akan datang, mau jadi apa dan seperti apa saya 10 tahun lagi tidak ada yang tahu. Sayapun juga tidak tahu. Yang saya butuhkan saat ini hanya mengembalikan semangat, motivasi, dan kepercayaan diri saya. Saya harus bisa meyakinkan diri saya sendiri kalau saya BISA,,, PASTI BISA!!! Saya tidak boleh kehilangan diri saya.

Mengerjakan Fisika yang terpenting menurut saya hanya bekal percaya diri dan yakin. Hanya tulis apa yang menurutmu benar, tentunya setelah mengerti semua konsepnya. Dan yang kedua harus teliti dan benar-benar dimengerti maksud pertanyaan. Kelemahan saya sangat jelas. Kurang teliti dan ragu. Apa yang ada diotak saya tidak saya tuliskan karena saya ragu dan tidak yakin. Hasilnya....bisa ditebak. Saya tidak menemukan jawabannya. Ketika saya melihat kunci jawaban, penyesalan yang muncul karena analisis awal saya benar dan saya tidak menuliskannya. Selain itu saya juga lemah dlam ketelitian. Konsepnya benar, cara-caranya benar jawabannya bisa salah hanya karena salah memberi tanda positif atau negatif. Semua itu tidak bisa ditolerir dalam Fisika!!

Kita tidak akan pernah tahu kalau tidak mencoba dan merasakan sendiri. Saya tidak mau tahu dan berfikir apakah nanti saya tetap di jalur Fisika apa tidak. Saya tidak mau terlalu banyak berfikir apakah yang saya lakukan saat ini benar atau tidak, karena memang saya tidak tahu jawabannya. Entah apa yang terjadi pada saya suatu hari nanti, namun untuk saat ini saya hanya ingin menfokuskan diri saya untuk mengikuti lomba ini dan melakukan apa yang seharusnya saya lakuakan dengan sebaik-baiknya. Dan jika itu saya lakukan terus menerus mungkin saja suatu saat nanti saya bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul dikepala saya..

Do’akan saya yaa..... Semangat!!

Selesaiii...
Rista Fitria Anggraini.

Jumat, 03 Februari 2012

IMAJINASI DAN KHAYALAN YANG TINGGI DALAM NOVEL “MENERJANG BATAS”

(ditulis tanggal 31 Januari 2012)


Setelah menunggu kurang lebih satu minggu lamanya maka datanglah pesanan sebuah novel dan sebuah DVD yg saya pesan langsung dari Jakarta. Tepatnya dari Bogalakon Pictures. Ini bukan pertama kalinya saya melakukan pembelian online, sebelumnya saya membeli kaos supporter “Ini Kandang Kita” edisi Piala AFF 2010 dan Novel Biografi “BEPE20-Ketika Jemariku Menari” juga via online. Alamat yang jauh dari ibukota menjadi penyebab utamanya. Saya membeli DVD titrologi The Jak dan Novel “Menerjang Batas” karya Estu Ernesto. Kemarin saya baru menyelesaikan membaca Novel yang berhalaman 246 lembar tersebut.

Novel Menerjang Batas menceritakan tentang kelahiran seorang bintang sepakbola luar biasa yang diberi nama Gabriel Omar Baskoro. Pemuda ini lahir di Ungaran, Jawa Tengah. Ayahnya Edi Baskoro adalah penggila bola sejati dan sangat yakin bahwa sepakbola akan membuat hidupnya bahagia, suatu keyakinan yang mungkin dimiliki hampir semua penggila bola di seluruh dunia.

Gabriel Omar tumbuh menjadi pemain dengan skill luar biasa. Ia kemudian bermain di Jakarta Metropolitan, sebuah klub di Liga Utama Indonesia yang memiliki pembinaan usia dini yang sangat baik dalam Metropolitan Football Academy.

Yang membuat novel ini sangat menarik adalah bagaimana khayalan dan imajinasi tingkat tinggi penulis menceritakan sepakbola Indonesia. Bagaimana Gabriel Omar lahir disaat yang tepat, saat sepakbola Indonesia sedang bangkit. Di Novel ini dituliskan bahwa Indonesia menjuarai Piala Asia untuk yang pertama kalinya tahun 2004, juara Piala AFF 2010, Juara Liga Champion Asia melalui sebuah klub bernama Mutiara Hitam, dan tidak tanggung-tanggung Gabriel Omar dkk mampu membuat Indonesia lolos sampai perempat final Piala Dunia setelah pada fase group mengalahkan Perancis dan Chile.. Hebat bukan??

Selain itu pemain-pemain top negeri ini adalah pemain dengan kualitas Internasional. Di buku ini ditulis kalau Bambang Pamungkas adalah pemain Fiorentine sebelum akhirnya pindah ke Borussia Dortmund klub Bundesliga. Ahmad Bustomi adalah Pemain Schalke 04, dan Cristian Gonzales adalah top skorer Real Mallorca. Tak mau kalah Zulkifly Syukur memilih Liga Jepang atau J-league sebagai tempatnya meniti karir.

Mungkin sebagian dari kita akan tertawa terbahak-bahak dan menganggap gila semua tulisan ini. Tak saya pungkiri ketika membaca novel ini pun saya juga tertawa terbahak-bahak. Jelas ini adalah khayalan tingkat tinggi. Indonesia tidak pernah lolos fase group Piala Asia dan Liga Champion Asia, Piala AFF 2010 kita kalah dari Malaysia, dan Piala Dunia 2014? Kita bahkan masih bingung siapa pemain yang akan melawan Bahrain di lanjutan kualifikasi Pra Piala Dunia yang satupun poin belum kita dapatkan.

Namun, terlepas dari semua kegilaan yang muncul lewat novel ini, menurut saya novel ini adalah novel yang sangat hebat!! Novel yang berangkat dari khayalan, mimpi-mimpi, dan imajinasi yang sangat tinggi. Saya yakin diantara kita pasti pernah terbesit khayalan walau sepintas bagaimana ya kalau Indonesia masuk Piala Dunia. Namun kita tidak berani melanjutkan khayalan itu. Khayalan itu bagai tergusur oleh kenyataan bahwa sepakbola kita semakin hari tidak semakin baik malah semakin buruk!! Tidak perlu saya jelaskan apa saja keburukan-keburukan itu yang pasti semua keburukan tersebut seakan melarang kita untuk berkhayal lagi tentang Piala Dunia, dan melihat Indonesia tampil di Piala Dunia adalah suatu hal yang amat sangat mustahil terwujud.

Berbeda dengan kita yang putus harapan, penulis dan semua orang yang terlibat dalam novel ini berani melanjutkan khayalannya dan akhirnya menuangkannya dalam novel ini. Khayalan yang dibumbui keinginan dan harapan yang tinggi suatu saat nanti apa yang mereka tulis saat ini menjadi suatu kenyataan. Ya.....kenyataan, bukan lagi cuma dalam dunia imajinasi.

Andibachtiar Yusuf, seorang sutradara muda yang rencananya akan mem- filmkan novel ini pada halaman awal novel menyatakan “Jika Hollywood mampu membuat Amerika Serikat menang di Vietnam atau sanggup menumpas alien yang menyerbu bumi, maka lewat medium seni modern inilah saya meloloskan Indonesia ke Piala Dunia.”

Kalau memang karya ini gila, bukankah AS lebih gila? Mereka mampu menumpas alien yang bahkan ga pernah muncul di bumi dan ga ada yang jamin alien itu sebenarnya ada apa tidak, sedangkan Indonesia hanya masuk Piala Dunia yang jelas-jelas ada dan kita nikmati setiap 4 tahun sekali.


Jadi kesimpulannya, marilah kita dukung pembuatan karya ini, buat yang belum beli novelnya cepetan beli di toko buku terdekat, kalau ga ada seperti di kota saya ini kontak aja sales@bogalakonpic.com dan pesan di sana. Mari kita dukung kakak-kakak hebat penuh imajinasi dan semangat yang sedang bekerja keras menggarap film dari novel ini. Semoga keyakinan, harapan, dan semangat kakak-kakak ini menular kepada kami lewat novel “Menerjang Batas” dan film “Gabriel Omar” yang akan ditayangkan nanti.

GOOD LUCK... KAMI TUNGGU FILMNYA!!!

Selesaaii..
Rista Fitria Anggraini