Pages

Kamis, 01 Maret 2012

Takdir Menempatkan Kita di Lingkaran Bernama Indonesia

(ditulis tanggal 02 Maret 2012)



Tamparan keras kembali telak menghantam Republik ini menyusul pukulan, tendangan, dan cambukan yang datang sebelumnya membuat Negeri ini seperti tak berdaya. Partai terakhir Pra Piala Dunia 2014 Zona Asia antara Bahrain vs Indonesia berakhir tragis. 10 gol bersarang di gawang Merah Putih tanpa mampu kita membalasnya.

Jujur saja, malam kemarin saya seperti tidak melihat Partai Tim Nasional Indonesia seperti yang saya lihat sebelumnya. Meski saya tahu kalau permainan Timnas sebelumnya juga belum bisa dibilang sangat baik namun kemarin malam penampilan Skuad Garuda kacau balau. Berceceran kemana-mana. Sebagai bukti 4 tendangan penalty (3 penalti di babak pertama) dan 2 Kartu Merah (Samsidar menit ke 3 dan untuk pelatih Aji Santoso) menghantam pasukan Merah Putih. Selain itu banyak sekali pelanggran-pelanggran dan kesalahan-kesalahan dasar yang tidak perlu dilakukan oleh para Punggawa Timnas.

Sebenarnya saya tidak terlalu kaget atau tidak percaya dengan hasil kemarin. Hal ini sudah saya duga dari awal, bahkan hasil 10-0 adalah prediksi saya sebelum pertandingan. Dengan materi pemain seperti kemarin, memangnya kita berharap hasil berapa? 1-1? Atau bahkan 1-2??

Tim Nasional di belahan dunia manapun selalu dihuni oleh pemain terbaik di Negeri tersebut. Itu adalah wajib, tidak bisa ditawar-tawar. Hanya pemain-pemain yang berkualitas lah yang pantas memakai seragam kebesaran Tim Nasional dan berjuang untuk Negara. Mereka yang bertanding tadi malam dengan pemain-pemain yang masih muda dan jam terbang sangat minim (bahkan banyak yang melakoni debut pertamanya di Tim Nasional tadi malam) mana bisa dipaksa memberikan perlawanan yang sengit pada Bahrain yang secara kualitas memang setingkat diatas kita? Mereka sudah berjuang maksimal dan inilah hasilnya. Dan ini memang hasil yang pantas.

Inilah hasilnya jika sepakbola diurus oleh orang-orang yang ga demen bola, atau bahkan ga ngerti bola. Semuanya kacau. Apa sih sebenarnya mau mereka menghancurkan sepakbola negeri sendiri? Uang? Mau jabatan? Tapi kenapa harus sepakbola yang di dalamnya mengandung harapan dan mimpi besar rakyat Indonesia yang tulus? Kenapa tidak menjadi anggota dewan saja?

Tahukah mereka tentang apa arti kemenangan itu sebenarnya? Arti menggenggam Piala dan menebar kebanggaan? Tahukah mereka dengan jeritan semua rakyat Indonesia yang haus akan prestasi? Awass aja kalau ada statement dari PSSI jika kekalahan ini karena kepemimpinan wasit yang buruk. Cuuuiiihh... lagu lama. Memangnya mereka bisa menjamin kalau wasitnya bagus kita menang? Ga bisaaa....

Ini bukan karena prestasi, kami mencintai tim ini karena takdir menempatkan kami di lingkaran bernama Indonesia yang itu berarti Tim Nasionalnya ya Timnas Indonesia. Silakan saja kita mendukung Timnas Brazil, Timnas Argentina atau Timnas Spanyol yang jauh lebih baik dari Timnas Indonesia, tapi satu hal yang pasti takdir itu tak akan berubah. Sepakbola Indonesia akan disegani oleh Negeri lain jika Tim Nasional Indonesia yang tampil bagus, bukan Tim Nasional negara lain.

Dan kalau saya sendiri, saya bukanlah orang yang mau repot-repot mendukung Tim Nasional negara orang karena dukung Timnas sendiri ga juara-juara. Tim Nasional adalah yang terbaik bagi saya dan tetap menjadi idola nomor satu ga peduli negara lain mau menghancurkan Tim ini dengan berapapun gol.

Piala Dunia ga akan berhenti digelar kok, mungkin hanya kehancuran bumi ini yang akan menghentikan kejuaraan itu. Itu artinya, sebelum bumi ini hancur, kita masih memiliki kesempatan untuk menginjakkan kaki pada perhelatan sepakbola terbesar 4 tahunan tersebut. Jadi jangan berhenti bermimpi dan berharap ya...walau memang berharap dan ga kesampaian kesampaian itu rasanya sedikit menyebalkan.

Kalau bicara soal Sumber Daya Pemain, saya tidak pernah takut kehilangan pemain berbakat, karena memang itu ada banyak di negeri ini dan saya yakin akan terus bertambah. Sekarang hanya mencari pengurus yang bener, mau mengurus sepakbola ini dengan baik dan maksimal, tidak ada embel-embel politik sama sekali. Semua tahu tentang hal ini, namun mewujudkannya terasa sangat sulit.

“Hasil ini pasti akan dikenang ketika suatu hari nanti kita mampu menginjakkan kaki di Piala Dunia.” Kalimat tersebut adalah kesimpulan yang saya buat sendiri setelah pertandingan kemarin malam.

Izinkan saya berkhayal seperti ini: Pada suatu malam yang dingin, kita akan bercerita begini kepada cucu kita nanti :”Le/nduk...dulu itu sepakbola Indonesia itu buruuk banget, ga seperti sekarang yang bisa lolos Piala Dunia. Dulu pada awal tahun 2012 kita pernah kalah telak 10-0 dari Bahrain di Pra Piala Dunia. Saat itu kita mendapatkan 4 penalti dan harus bermain dengan sepuluh pemain sejak babak pertama. Sepakbola Indonesia diurus oleh orang-orang yang hanya memikirkan kekuasaan dan mimpi menginjakkan kaki di Piala Dunia itu seperti hanya mimpi yang tak akan pernah terwujud.” Dan saat itu cucu kita akan terbelalak kaget dan tak percaya sama seperti kita saat ini yang tak percaya kalau zaman dulu sepakbola kita pernah menjadi kekuatan besar di Asia.

Mimpi itu akan tetap ada dan selalu ada sampai kita bisa mewujudkannya.
BRAVO TIM NASIONAL INDONESIA!!!

Selesaii...
Rista Fitria Anggraini

PS : yang saya tebalkan adalah kalimat yang saya ambil dari tweet salah satu penikmat sepakbola @IndonesiaSatuFC .