Pages

Rabu, 28 Agustus 2013

Kebijakan yang Terbaik-balik? (Seputar Menurunnya Nilai Rupiah)


Ditulis tanggal 27 August 2013
Sebelumnya, saya bukanlah orang yang pinter ekonomi. Widiiihhhh…..jangankan pinter ekonomi, paham model-model ekonomi saja belum. Masih sangat jauuhh. Tulisan yang saya buat ini hanya sedikit ulasan mengenai perbincangan antara bapak Jusuf Kalla, Ketua APINDO, dan seorang pengamat ekonomi yang sangat menarik di acara Media Indonesia Metro TV tadi malam (26/8). Ada beberapa hal yang saya paham dan itu menarik menurut saya sehingga ingin saya tuangkan di blog ini.
Acara Media Indonesia di metro TV tadi malam membahas topik yang ramai diperbincangkan akhir-akhir ini, yaitu perihal merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika yang sudah menyentuh angka Rp.11000 lebih/ US $. Dalam perbincangan tadi malam, dibahas mengapa harga rupiah bisa anjlok dan beberapa koreksi tentang 4 paket kebijakan yang telah dirancang pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Membahas mengenai harga rupiah yang anjlok apa yang disampaikan ketiga pakar ekonomi tadi malam hampir sama dengan yang disampaikan narasumber-narasumber lainnya, yaitu karena nilai ekspor yang terus menurun sedangkan impor sangat tinggi, lalu karena banyak perusahaan yang mengekspor barang ke luar negeri tetapi uang yang diterima diletakkan di bank luar negeri karena berbagai alasan, sehingga bank dalam negeri sedikit  menerima dolar. Padahal kita tahu, nilai tukar dolar terhadap rupiah akan tinggi jika uang dolar jarang ditemukan di Indonesia. Itu yang bisa saya tangkap, lainnya ga paham.. hehehe
Hal yang menarik dari perbincangan semalam adalah, jika banyak pengamat (termasuk pemerintah) menilai ambruknya rupiah adalah sebuah bencana, ketiga narasumber diatas justru mengatakan bahwa ini adalah kesempatan. Bapak ketua APINDO mencontohkan Negara China yang saat ini ekonominya juga tengah terpuruk, pemerintah-nya mengatakan “this is what we want” “ini memang yang kita inginkan”. Pernyataan itu kemudian dilanjutkan dengan beberapa alasan, yaitu keadaan rupiah yang melemah menjadi sebuah kesempatan emas bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi dalam negeri.
“Jangan selalu dianggap sebagai bencana. Justru ini kesempatan. Beli produk impor mahal, kesempatan untuk meningkatkan produksi dalam negeri.” Begitu kira-kira ucap pak JK tadi malam. “Justru dengan keadaan ekonomi yang menurun ini dapat memberikan persaingan yang kompetitif bagi pengusaha dalam negeri.” Lanjutnya, bahkan bapak ketua APINDO memprediksi pada masa depan rupiah tidak akan kembali menyentuh angka di bawah 10000. Namun, ketua APINDO ini mengisyaratkan agar tidak usah panik karena daya beli masyarakat juga akan ikut tinggi, artinya hal itu akan kembali pada titik equilibrium dengan nilai yang lebih tinggi. Dan itu adalah positif untuk perekonomian kita.
Ketiga tokoh diatas kemudian juga mengomentari beberapa kebijakan yang dinilai kurang tepat. Salah satunya adalah kebijakan pemerintah yang cenderung menahan pasar saham, kebijakan impor untuk menurunkan inflasi, dan pernyataan menteri perekonomian yang menerapkan “keep buying strategy”  untuk mengatasi inflasi.
Ketika pemerintah cenderung menahan pasar saham yaitu dengan menahan investor agar tidak pergi dari Indonesia Jusuf Kalla menilai hal itu tidak perlu dilakukan. “Pasar saham itu memang begitu pekerjaannya pulang dan pergi, biarkan saja jika mereka pergi. Yang terpenting untuk dipertahankan itu bukan pasar saham, tapi pasar tanah abang, pasar klewer, dan pasar tradisonal yang lainnya. Artinya  jika pasar-pasar tersebut masih berdiri berarti ekonomi masyarakat masih bagus, ga usah mikirin pasar saham yang datang dan pergi. Jika ekonomi kita bagus, investor tersebut akan datang lagi ke kita.”
Kemudian ketika disinggung masalah kebijakan pemerintah untuk mengimpor barang guna menurunkan harga, JK menganggap keputusan itu salah kaprah. “Inflasi itu karena kita banyak mengimpor barang. Nah, kalau sudah harga naik terus impor lagi, ya tambah naik. Yang benar pemerintah menaikkan produksi dalam negeri, minimal bisa mencukupi kebutuhan nasional dan tak perlu impor, bukan malah terus mengimpor barang.” Begitu kata JK. “jangan terbalik-balik kalau membuat kebijakan.”
Mengenai pernyataan menteri perekonomian yang akan menerapkan “keep buying strategy” untuk menstabilkah nilai rupiah, pengamat ekonomi menilai hal itu kurang tepat diterapkan di Indonesia. “Itu tepat jika dilakukan di Amerika. Keep buying strategy akan berjalan baik jika produk-produk yang dibeli adalah produk dalam negeri. Namun dengan kondisi saat ini dimana banyak sekali barang impor di pasaran, maka hal itu menjadi tidak efektif.”
Saya pribadi sangat setuju dengan ketiga opini diatas. Opini yang sangat sederhana sebenarnya, dan bisa dengan mudah diterima. Masalah inflasi bukanlah masalah yang langka, sangat sering terjadi di hampir semua Negara. Seharusnya pemerintah lebih tenang dan mengambil langkah yang tepat dalam menyikapi masalah ini. Kebijakan pemerintah yang kata JK “terbalik-balik” ini memang mengherankan, padahal pemerintah seringkali mengatakan kepada kita bahwa perekonomian kita sangat baik dan terus menunjukkan kemajuan. Namun, menghadapi masalah inflasi saja, kebijakan yang sampai saat ini dilakukan banyak yang kurang tepat. Saya tidak menuntut harus cepat berhasil, tapi setidaknya buatlah kebijakan yang tepat.
Selesai..
Rista Fitria Anggraini

0 komentar:

Posting Komentar