Akhir-akhir ini, hutan tempatku hidup serasa sepi.
Burung-burung yang biasa berkicau menyambut mentari pagi, sekarang ini seperti
enggan bersuara. Pak kijang yang sering berlari kesana kemari, melintasi padang
rumput dan semak belukar beberapa hari terakhir tak ku lihat wujudnya. Paman
ular juga begitu. Tak biasanya ia absen patroli keliling hutan seperti ini. Aku
rindu melihat bulu indah si cendrawasih yang sering bertengger di atas pohon.
Kemana mereka semua pergi? Apakah mereka sedang sakit? Ataukah sedang pergi ke
hutan lain? Sudah berkilo-kilo aku mengarungi hutan ini, tak satupun kawan
kutemui. Aku merasa kesepian. Hutan ini terasa begitu jauh dan besar tanpa
kehadiran mereka. Apakah semua ini gara-gara rumor itu? Entah siapa yang
pertama kali menyebarkan, tapi rumor itu menyebar dengan cepat ke semua
penghuni hutan. Kemarin aku melihat raja singa muram di singgasananya.
Tampaknya ia juga tengah memikirkan rumor ini. Tak biasanya aku melihat raja
singa bermuram durja. Jangan-jangan rumor tersebut memang benar adanya?
Aku tengah hamil kawan. Ya, ada bayi di dalam perutku.
Setelah belasan tahun menunggu, aku adalah orangutan pertama di hutan ini yang
akan memiliki keturunan. Aku senang luar biasa. Dengan bayi yang kukandung ini,
generasiku akan bertambah. Siapa bilang spesiesku akan punah? Aku akan
melakukan apapun untuk menjaga bayi dalam kandunganku ini lahir dengan selamat
dan menjadi penerusku di hutan ini.
Namun, teman-temanku yang tiba-tiba menghilang tanpa
pamit membuatku benar-benar cemas. Baru tadi pagi aku melihat kakek harimau
mencari mangsa di daerah sini dan sekarang aku sudah tak melihatnya lagi.
Mengapa satu demi satu dari kami menghilang? Aku berusaha membuang semua
pikiran buruk yang hinggap di kepalaku dan memilih memikirkan hal yang baik.
Persediaan makan kakek harimau mungkin masih banyak, jadi dia tidak mencari
mangsa lagi. Aku juga berusaha melupakan rumor tentang suara malaikat itu. Aku
menganggap itu hanyalah rumor yang dibuat oleh hewan-hewan yang suka usil macam
si kancil.
Aku tengah asyik bergelantungan di atas ranting
pohon menikmati suara angin yang berpadu dengan pepohonan saat dari kejauhan
aku melihat raja singa berlari-lari sambil berteriak kencang “Larii!!!
Lariii!!! Lariii!!! Suara Malaikat datang!!”. Teriak raja singa seperti
ketakutan. Di belakang raja singa aku melihat binatang binatang lain ikut
berlari mengikutinya. Aku masih sibuk dengan pikiranku sendiri ketika raja
singa berteriak memanggilku.“Hei, Orangutan, mengapa kau masih bergelantungan
di situ??! Cepat lari, suara malaikat datang lagi! Nyawamu bisa terancam!!” Mendengar
suara itu, aku panik bukan kepalang. Otakku menyuruhku cepat pergi dari tempat
ini, tapi tangan dan kakiku tak mau bergerak. Tubuhku bergetar ketakutan. Aku
ingin berteriak minta tolong tapi lidah ini tiba-tiba kelu. Ranting pohon yang
selama ini kugunakan untuk bergelantungan serasa sangat jauh dari tempatku saat
ini dan sangat sulit kugapai. Apa yang harus kulakukan? Aku harus menyelamatkan
diri dan bayiku. Mengapa aku tak bisa bergerak??
Dengan sekuat tenaga kukumpulkan semua kekuatanku.
Beberapa kali aku menghela nafas panjang, mencoba mengembalikan pikiran
jernihku. Aku harus berlari. Aku harus pergi dari tempat ini. Saat ini
membayangkan tentang suara malaikat membuatku sangat takut. Namun, belum sempat
kakiku beranjak, tiba-tiba aku mendengar suara malaikat untuk yang pertama
kalinya. “DUOORR!!” Ternyata rumor yang selama ini beredar benar. Suara
melaikat itu sangat keras, menakutkan dan…….menyakitkan. Aku baru tahu kalau
ada suara yang se-menyakitkan ini. Mendengar suara itu, membuat tubuhku sangat
sakit. Sakit yang sangat hebat dan belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku
menyadari tubuhku tiba-tiba lemas dan tulangku tak berdaya menopang berat badanku. Oh Tuhan, apa yang
terjadi denganku? Kesadaranku lambat laun hilang dan aku terjatuh dari pohon
yang kugelantungi tanpa bisa kucegah. Cairan segar berwarna merah tiba-tiba
keluar dari kepalaku. Kuusap cairan itu dan kusadari bahwa darahku telah
mengucur deras dari sana. Ternyata rasa sakit ini tidak hanya berasal dari
sebuah suara. Ada benda asing yang keras menghantam kepalaku dan sekarang
tengah bersarang di otakku. Apakah aku akan mati? Tuhan, tolonglah aku. Aku
merasa, waktuku sudah tidak lama lagi.
Suara malaikat benar-benar kejam. Aku selalu
berharap tidak mendengar suara ini seumur hidupku namun ternyata harapanku tak
dikabulkan. Dengan separuh kesadaranku kulihat asal suara itu. Ku lihat suara
itu berasal dari sebuah benda yang panjang. Sepertinya aku pernah melihat benda
itu. Itu adalah pistol pemburu. Tapi yang aku tahu pistol pemburu tidak bisa
berfungsi jika tidak ada yang mengoperasikannya. Lalu siapa yang mengoperasikan
pistol ini? Siapa sebenarnya dalang di balik semua ini. Kukerahkan semua
tenagaku yang tersisa untuk melihat sosok di balik pistol itu. Samar-samar aku melihat
dua orang pria memakai topi dan ransel hitam besar di punggungnya tersenyum
melihatku sekarat. Kini kutahu suara malaikat itu dibunyikan oleh manusia yang
ingin memburuku.
Sungguh kejam. Sangat kejam. Aku tidak tahu apa yang
telah kulakukan kepada mereka sehingga mereka tega melakukan ini semua padaku. Tiba-tiba
bayangan pak kijang, paman ular, kakek harimau, dan si cenderawasih muncul di
benakku. Jangan-jangan mereka bernasib sama denganku?? Saat ini tidak hanya
sakit sekarat yang kurasakan namun juga sakit hati. Aku tidak pernah
membayangkan mati dengan cara seperti ini. Aku heran mengapa manusia bisa
berubah 180 derajat seiring berjalannya waktu. Dahulu, manusia sangat
bersahabat dengan alam. Manusialah yang menanam pohon-pohon itu, manusialah
yang merawat hutan tempatku hidup. Karena manusia, selama berabad-abad kami
bisa hidup dengan damai dan bahagia. Dahulu, manusia dan alam saling
membutuhkan satu sama lain, saling menjaga, saling merawat. Namun, saat ini hal
itu sudah berubah. Kemajuan teknologi dan dunia yang semakin modern membuat
manusia sudah tidak peduli lagi dengan alam. Yang ada di otak mereka saat ini
hanyalah uang-uang dan uang. Manusia mengeksploitasi alam secara besar-besaran
tanpa memikirkan bagaimana mengembalikan alam menjadi hijau kembali.
Hewan-hewan yang menjadi penghuni hutan mereka buru dan mereka bunuh. Tidak
hanya sekali, tapi berkali-kali.
Aku tahu kau membutuhkan daging kami, kau
membutuhkan kulit kami, dan kau membutuhkan bulu kami. Namun, tidakkah kau
berfikir bahwa kami juga ingin hidup, atau setidaknya ada keturunan kami yang
hidup? Kami hanya ingin anak cucumu kelak masih mengenal jenis kami. Kami tidak
mau hilang dari bumi ini seperti yang sudah terjadi pada teman-teman kami. Kami
ingin tetap ada di bumi ini sampai pada suatu masa ada seleksi alam yang
membuat kami harus pergi.
Ohh.. betapa naas nasibku. Aku telah berjuang
bertahan di hutan ini untuk melesatarikan keturunanku, namun semuanya sia-sia.
Kuraba perutku yang sudah sangat besar. Kurasakan ada sesuatu yang hangat
keluar dari mataku. Aku berbisik lirih “Maafkan ibu nak, seharusnya ibu tidak mati
sekarang. Seharusnya ibu membiarkanmu melihat dunia sebelum ibu mati. Seharusnya
ibu melahirkanmu dahulu sebelum ibu mati. Maafkan ibu..”. samar-samar kulihat
dua manusia tadi berjalan ke arahku dan mengangkat tubuhku. Dan setelah itu
semuanya gelap. Aku dan bayiku pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan hutan
yang semakin sepi tak berpenghuni.
Semoga ada masa
manusia berubah
Tidak harus
semua, cukup beberapa
Manusia yang iba
Pada nasib kami
Satwa langka
yang terancam musnah
Selesai..
Rista Fitria Anggraini J
0 komentar:
Posting Komentar