Ditulis tanggal 13 Mei 2013
Ada pepatah
mengatakan “Jangan ngaku pecinta sepakbola kalau belum menyaksikan sepakbola
secara langsung di lapangan” atau “Bukan supporter namanya kalau belum
mendukung tim-nya bertanding secara langsung di stadion”. Secara pribadi, saya
membenarkan dan mempercayai kedua kalimat diatas. Mengaku pecinta sepakbola
namun hanya menonton lewat layar kaca padahal kita berkesempatan melihat secara
langsung di stadion belum bisa disebut pecinta sepakbola sejati. Karena memang,
feel antara menonton langsung di stadion
dan melihat lewat layar kaca sangat berbeda. Bukan tidak mungkin seseorang akan
menjadi tidak suka ketika dirinya menonton langsung di stadion padahal jika
melihat melalui layar kaca mereka sangat suka, begitu juga sebaliknya.Dengan
dasar itulah, sebelum pertandingan Arema kontra Persipura kemarin, saya sering
ragu jika mengatakan diri saya “Pecinta Sepakbola” atau malah “Aremania”.
Karena jujur, saya belum pernah melihat pertandingan sepakbola secara langsung
(partai tarkam tidak dihitung) di stadion.
Sebenarnya saya bukan tidak mau datang secara langsung di stadion. Saya sangat mau dan sangat ingin. Bahkan, sejak bertahun-tahun lalu saya selalu mengharapkan akan datang hari dimana saya berkesempatan melihat partai-partai di strata atas Liga Indonesia atau bahkan partai Tim Nasional Indonesia secara langsung. Namun, kenyataan bahwa tempat saya jauh dari kota klub ISL yang berarti juga jauh dari GBK tempat Timnas biasa bersua menjadikan kesempatan itu tak kunjung datang. Meski demikian, saya tetap yakin bahwa saya akan dapat melihat pertandingan ISL dan Timnas suatu hari nanti.
Dan, keyakinan
saya kemarin menjadi kenyataan. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya saya
berkesempatan untuk melihat partai ISL secara langsung. Partai yang akan saya
tonton pun bukan partai biasa. Ini partai big
match antara pemuncak klasmen Persipura Jayapura melawan runner-up Arema Crounus yang
dilangsungkan di kandang singa Stadion Kanjuruhan Malang. Kebetulan, saat ini
saya memang tinggal di Malang karena mengikuti bimbingan belajar untuk
persiapan jika saya harus mengikuti SBMPTN.
Partai Persipura
melawan Arema ini memang partai yang sangat ditunggu-tunggu oleh Aremania.
Terbukti dalam waktu sekejap tiket box di berbagai tempat sudah habis. Saya dan
teman saya yang sedikit telat mencari tiket terpaksa menelan ludah karena
tempat penjualan tiket box sudah ludes sejak sabtu pagi. Pada minggu pagi
sekitar jam 7 kami kembali berburu lagi, dengan konsekuensi siap membeli di
calo kalau memang sudah terpaksa tidak ada tiket lagi. Akhirnya, kami bisa
mendapatkan tiket di kantor Arema meski dengan harga yang lebih mahal. Meski
Arema sudah menggalangkan program anti calo, nyatanya calo masih mudah saya
jumpai kemarin. Saya sedikit kecewa karena tiket yang habis tidak semua dibeli
supporter tapi dibeli calo untuk dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi.
Saya berpikir mungkin kalau tidak ada calo saya masih bisa membeli tiket di
tiket box dengan harga yang dipatok yaitu Rp.30000 daripada membeli tiket di
kantor Arema dengan harga yang lebih mahal.
Siang harinya
sekitar jam 1 siang, kami berangkat menuju Kanjuruhan. Meski laga dimainkan
pada malam hari, kami harus berangkat dari siang hari untuk mencari tempat
duduk. Selama di perjalanan kami bertemu dengan Aremania-Aremania lengkap
dengan kaos dan syal mereka. Sesuatu yang menjadi identitas suatu supporter.
Mula-mula sedikit, lalu menjadi banyak ketika kami mendekati stadion. Hujan
yang turun rintik-rintik tidak menghalangi niat kami untuk mendukung Arema.
Akhirnya, kurang lebih satu jam kemudian, kami tiba di markas kebanggaan
Aremania, stadion Kanjuruhan Kepanjen Malang.
Setelah kurang
lebih satu jam menunggu, akhirnya pintu masuk stadion dibuka dan kami masuk
dengan berdesak-desakan. Meskipun berangkat siang, namun saya masih kebingungan
cari tempat duduk karena ketika saya sampai di tribun, tribun sudah banyak yang
terisi. Semakin malam, stadion mulai dipadati oleh Aremania. Dan puncaknya
setelah maghrib, sepanjang mata memandang tak ada bangku yang tersisa di
stadion. Hal ini membuktikan bahwa antusiasme Aremania pada laga malam ini
sangat besar. Selain adu gengsi antara pemuncak klasmen dan runner-up kemenangan menjadi harga wajib
bagi Arema untuk mempertahankan posisi di tempat kedua karena Persib Bandung
dan Sriwijaya FC yang memetik kemenangan pada laga sebelumnya akan merebut
posisi itu dari Arema jika Arema gagal memetik poin penuh.
Sebelum kick off, dirijen kesayangan Aremania
sam Yuli Sumpil datang dan memimpin kami untuk menyanyikan yel-yel pembakar
semangat. Hal ini wajib dilakukan di setiap partai Arema. Saat melihat Arema di
layar kaca hal yang ingin saya lakukan adalah ini. Menyanyi, menggerakkan
tangan, loncat-loncat, menggerakkan syal bersama seluruh Aremania. Akhirnya
saya bisa melakukannya tadi malam. Saya melakukan semua itu dengan semangat.
Meski ada sebagian yang baru di telinga saya karena tidak saya temukan di TV,
saya dapat dengan mudah mengikuti sebagian besar tarian dan nyanyian yang
diteriakkan Aremania karena saya sering melakukannya di depan layar kaca.
Hehehe,
Jam 07.00
bendera fair play memasuki lapangan di susul kesebelasan kedua tim. Chant-chant
penyemangat dan pelemah mental tim lawan terus kami teriakkan. Yel-yel seperti
“Bantai papua, bantai papua, bantai papua
di kandang singa di kandang singa di kandang singa.” Terus menggema saat
persipura memasuki lapangan. Pertandingan sempat ditunda kurang lebih setengah
jam karena ada sedikit insiden di sektor VIP, dan baru sekitar setengah delapan
malam peluit kick off dibunyikan.
Layaknya duel
panas tim papan atas, pertandingan berlangsung sangat seru. Kedua tim silih
berganti melakukan serangan. Di babak pertama, Persipura lebih menguasai
penguasaan bola. Puncaknya, gol Zah Rahan pada pertengahan babak pertama
membuat kami terbungkam. Arema yang gencar menyerang akhirnya mendapat penalty
di akhir babak pertama. Kami semua berdiri bersiap siap dengan syal di tangan
kami, karena kami akan meloncat-loncat sambil memutarnya jika gol terjadi. Namun
sayang, syal yang sudah siap kami putar tidak jadi kami lakukan karena eksekusi
pinalti yang dilakukan oleh Beto Goncalves melenceng di atas gawang Persipura.
Penalty gagal dan kami kembali terduduk di tribun dengan kecewa. Skor 1-0 tidak
berubah, gawang Persipura perawan di babak pertama.
Di babak kedua,
pertandingan jauh lebih seru. Arema gencar menyerang sejak awal babak. Kami
dibuat tegang namun bersemangat. Berkali-kali kami harus berdiri untuk
menyaksikan saat tim lawan merangsek daerah penalty, lalu kembali terduduk saat
bola gagal disarangkan. Sam Yuli yang mencoba mengomando kami untuk bernyayi
dengan semangatnya sering tidak kami hiraukan karena kami terlalu asik plus
deg-degan melihat jalannya pertandingan. Kami kembali mendapat pinalti di babak
kedua ini setelah hands ball kembali
dilakukan pemain persipura. Kali ini saya yakin, hampir semua Aremania percaya
bahwa penalty kedua ini akan berakhir dengan sebuah angka untuk Arema. Namun,
siapa sangka penalty keduapun gagal dilakukan. Kali ini giliran Greg Nwokolo
yang tendangannya terlalu lemah dan mudah diantisipasi oleh kiper Persipura.
Papan skor tidak berubah, kami kembali duduk dengan kecewa. Dua pinalti yang
kedua-duanya gagal membuat kami sedikit tak percaya. Sebenarnya saya pribadi
tidak pernah menganggap bahwa penalty itu adalah satu hal yang mudah dilakukan.
Penalty bukan hanya masalah menendang dengan jarak dekat dan tanpa halangan,
tapi lebih daripada itu, mental dan konsentrasi tinggi dibutuhkan di sini.
Striker Bambang Pamungkas pernah mengatakan salah satu syarat agar berhasil
penalty adalah jangan melihat mata kiper karena bisa mempengaruhi mental kita.
Maka itu, gagal menjalankan eksekusi penalty adalah hal yang pantas dimaklumi.
Belum sempat
Arema menyeimbangkan keadaan, Persipura malah kembali menggandakan keunggulan
lewat striker andalan mereka Boaz Salossa setelah memanfaatkan kesalahan kiper
Ahmad Kurniawan yang gagal menangkap bola. Skor 2-0 membuat kami sedikit putus
asa. Beberapa Aremania malah meninggalkan stadion lebih dahulu. Arema baru
mampu mencetak gol di menit 83 lewat tandukan Thierry Gatussi memanfaatkan
sepak pojok dari Deny Kusnandar. Hanya gol pemerkecil ketertinggalan saja
membuat kami sangat senang. Kami kembali berjingkrak-jingkrak. Red flare di tribun samping kanan kami
menyala diikuti dengan letupan kembang api. Kami kembali bersemangat dan
bernyanyi-nyanyi. Di akhir-akhir menjelang babak kedua kami kembali serius
menyaksikan laga sambil berharap Arema kembali mencetak gol untuk menyamakan
kedudukan. Sam Yuli yang awalnya bersemangat memimpin kami, saat itu lebih
berkonsentrasi menyaksikan jalannya pertandingan. Sempat beberapa kali saya
melihat dia menengadahkan tangan dan berdo’a. Meski dari jarak yang lumayan jauh,
saya bisa melihat ketegangan dari sikapnya. Jujur saja, saya sangat mengidolakan
Sam Yuli Soempil ini. Setiap kali melihat sam Yuli saya selalu menganggap bahwa
dialah potret supporter yang sesungguhnya. Selalu berjuang dan rela berkorban
untuk Arema, tim yang sangat dipujanya. Saya melihat betapa ikatan dirinya
dengan Arema sangatlah kuat.
Dan sampai
peluit panjang dibunyikan, skor tidak berubah. Arema harus takluk untuk pertama
kalinya di kandang sendiri oleh Mutiara Hitam dan secara otomatis posisi mereka
melorot ke posisi 4 digeser Persib dan Sriwijaya FC. Walau kecewa kami pulang
dengan damai. Tidak ada celaan atau makian yang saya dengar ketika saya keluar
stadion. Semuanya menerima kekalahan dengan fair.
Memang, malam itu permainan Persipura lebih unggul daripada Arema.
Lalu, mengapa
saya memilih judul diatas? Sejujurnya judul diatas adalah sebuah pertanyaan
yang saya buat pada diri saya sendiri saat akan menonton partai Arema tadi
malam. Sebuah pertanyaan pada diri saya apakah saya benar-benar mencintai
sepakbola atau hanya gemar sedikit saja? Indikasinya tentu saja perasaan saat
dan setelah menyaksikan pertandingan secara langsung tadi malam. Logikanya,
jika seseorang benar-benar cinta sepakbola dia akan sangat senang berada di
dalam stadion. Tentu saja itu tidak ditentukan hanya dengan satu pertandingan
saja.
Lalu bagaimana
dengan saya?
Saya hanya ingin kembali datang ke stadion.
Selesai…
Rista Fitria
Anggraini
0 komentar:
Posting Komentar