sumber : http://www.varia.id/2015/02/27/pertamina-foundation-tambah-sekolah-sobat-bumi/ |
Pendidikan merupakan pondasi dasar dalam membangun
tiang negara yang kuat dan kokoh. Kualitas masa depan suatu bangsa dilihat dari
kualitas pendidikan generasi mudanya. Pendidikan merupakan jendela mimpi, tanpa
pendidikan jendela itu akan tertutup rapat dan tak ada mimpi di benak anak anak
bangsa. Hakikat ilmu pengetahuan yang pertama diperoleh dari pendidikan, baik
yang diajarkan dalam keluarga maupun yang diperoleh di bangku bangku sekolah. Maka,
jika ada yang bertanya Apakah pendidikan
itu penting? Jawabannya bukan hanya penting, tapi itu merupakan Hak dan
Kebutuhan seluruh anak bangsa. Seperti yang dikatakan Nelson Mandela “Education is the most powerful weapon which you
can use to change the world”
Pendidikan tak terjangkau oleh ruang dan waktu.
Setiap anak Indonesia, kapanpun dan dimanapun berhak memperoleh pendidikan.
Anak Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, baik miskin maupun kaya, baik
yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, tak terkecuali anak buruh
migran sekalipun. Pastikan pendidikan sampai di tangan mereka, pastikan setiap
hari ada pengajar yang berbagi ilmu di hadapan mereka karena siapapun dan
dimanapun mereka berada, mereka tetaplah generasi muda Indonesia yang akan ikut
serta menentukan masa depan bangsa kelak.
Saat ini, pendidikan di tanah air sangat jauh dari
kata “merata” dan “menjangkau semua”. Lihatlah, di dalam negeri sendiri saja
masih banyak sekolah yang jauh dari kata layak untuk menyelenggarakan sebuah
kegiatan belajar mengajar. Bukan hanya sarana dan fasilitas yang masih minim,
melainkan jumlah tenaga pendidik (guru) yang kurang memadai dan tak sebanding
dengan jumlah siswa. Setiap tahun, perguruan tinggi selalu mencetak tenaga pendidik
baru, namun sayangnya tenaga pendidik tersebut tidak tersebar merata ke seluruh
pelosok Indonesia. Para sarjana pendidikan muda masih banyak berkumpul di
sekolah perkotaan, padahal di belahan Indonesia lain, di kaki gunung, di balik
hutan, atau di seberang sungai tenaga mereka sebenarnya jauh lebih dibutuhkan.
Hal yang lebih memprihatinkan terjadi pada anak
buruh migran Indonesia yang berada di luar negeri. Mereka sering menjadi
kelompok yang luput dari perhatian saudara saudaranya di tanah air. Kemapanan
secara materi seringkali hanya menjadi satu satunya parameter yang diperhatikan
masyarakat dan pemerintah, jika mereka sudah mapan hidup di negeri orang maka
tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Kita sering hanya melihat buruh migran
yang bekerja di luar negeri selalu pulang dengan keadaan yang lebih baik, harta
yang lebih banyak, baju yang lebih bagus, kendaraan mewah, dan hal hal material
yang lain. Kita luput memperhatikan bahwa selama di sana hak dasar mereka tak
terpenuhi. Kita alpa menyadari bahwa selama di luar negeri mereka tidak bekerja
di pusat kota yang menjangkau semua fasilitas, melainkan ada di dalam
perkebunan ratusan hektar di pedalaman provinsi. Jangankan hak untuk bersekolah
dan memperoleh pendidikan, hak untuk sekedar memperoleh air bersih saja susah
didapatkan.
“Mendidik, adalah kewajiban bagi setiap
orang orang terdidik.” –Anies Baswedan-
Melihat masalah masalah di atas, sudah tidak
jamannya lagi kita hanya marah dan protes sana sini. Karena sekeras apapun kita
marah dan protes, sepanjang itu hanya perkataan maka tidak akan ada yang
berubah. Melihat pesan Bapak Anies Baswedan di atas, maka bukan saatnya lagi
kita menunjuk orang lain untuk bergerak, namun mulai menunjuk diri sendiri
untuk mau menyingsingkan lengan baju, menutupi sedikit demi sedikit lubang
kebocoran pendidikan di tanah air. Tuhan
telah menganugerahkan kita menjadi manusia yang terdidik, maka mendidik adalah
kewajiban kita selanjutnya.
Jika ditanya seberapa
besar urgensi relawan dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia? Menurut
saya, kualitas pendidikan tidak ditentukan oleh relawan. Meningkatkan kualitas
pendidikan merupakan suatu proses panjang yang terus menerus dilakukan sampai
batas waktu yang tak terhingga. Meningkatkan kualitas pendidikan bukanlah
hasil, melainkan suatu perjalanan yang harus dilalui sedikit demi sedikit dan
berkesinambungan. Hal ini tentu saja menjadi tanggungjawab orang orang yang
berkecimpung di dunia pendidikan, yang memang mengabdikan hidupnya untuk
pendidikan. Hadirnya relawan yang memiliki batas waktu tidak serta merta akan
meningkatkan kualitas pendidikan secara nyata. Namun demikian, ada satu hal
yang lebih penting tentang arti seorang relawan itu sendiri daripada hanya
dilihat dari mampu atau tidaknya mereka meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Yang lebih penting adalah “Relawan hadir sebagai jawaban atas kepedulian”.
Relawan hadir dengan keikhlasan penuh untuk mengabdi,
membagikan ilmu dan pengalaman, mengorbankan pikiran dan tenaga karena mereka
peduli akan keadaan saudara se-bangsanya. Kehadiran mereka memberikan motivasi
dan warna baru bagi lingkungan dimana ia mengabdi karena mereka berasal dari
latar belakang yang berbeda dengan pengalaman dan pola pikir yang berbeda pula.
Dan pada akhirnya, saat dimana semua orang saling peduli satu dengan yang lain,
saat seseorang merasa bertanggung jawab atas masa depan generasi mudanya, saat
seseorang mau ikut bergerak tanpa menunjuk orang lain, di saat itulah sebuah
negara yang kuat dan kokoh akan berdiri.
“Even the smallest act of caring
for another person is like drop of water, it will make ripples throughout the
entire pond.” -Jessy and Bryan
Matteo-
Selesai..
Rista Fitria Anggraini J
*) Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti seleksi VTIC ke-5
0 komentar:
Posting Komentar