(ditulis tanggal 19 Februari 2012)
Malam ini partai big match Liga Super Indonesia kembali digelar. Hari ini giliran Singo Edan Arema Indonesia yang bertanding menghadapi Macan Kemayoran Persija Jakarta. Partai yang berkesudahan dengan hasil imbang 1-1 ini menjadi partai panas dan paling ditunggu-tunggu dalam sepekan ini.
Arema Malang dan Persija Jakarta adalah tim terbaik di negeri ini. Maka tak heran, duel diantara keduanya pun menjadi daya tarik yang kuat bagi penggila bola di tanah air. Stadion Kanjuruhan markas Singo Edan yang beberapa pertandingan terakhir terlihat lengang penuh sesak dipadati pendukung kedua tim yang terkenal akur dan damai. Ratusan atau bahkan ribuan The Jak Mania yang datang langsung dari Jakarta semakin memperindah suasana stadion malam ini.
Namun, dari sekian banyak keramaian dan keantusiasan dalam menyambut laga malam ini, ada satu tempat yang tidak berubah. SAMA SAJA. Ga peduli ada pertandingan sehebat apapun sebig match apapun tempat ini tak menampakkan keantusiasannya sedikitpun. Tempat yang dihuni oleh orang-orang yang sama sekali tidak peduli sepakbola. Tempat itu berada tepat di jantung kota Trenggalek, lebih tepatnya adalah pada sebuah rumah berlantai tiga yang dibangun untuk tempat kos pelajar yang berasal dari tempat yang jauh. Dan sialnya, saya tinggal di tempat itu.
Hari ini semuanya berjalan normal seperti biasa kalau tidak bisa dibilang membosankan. Hari Minggu ini saya sengaja tidak pulang kampung ke rumah saya yang berada di pinggiran Kabupaten Trenggalek karena Minggu lalu saya sudah menghabiskan 3 hari di rumah. Rasa malas selalu menguasai saya untuk melakukan aktivitas di hari libur sehingga sepanjang hari tadi saya menghabiskan waktu saya hanya dengan membaca novel dan tidur.
Saya tahu kalau malam ini ada pertandingan besar dan saya tidak boleh melewatkannya. Namun, keadaan saat ini terasa kurang nyaman. TV yang ada di lantai dua rusak dan masih diperbaiki sehingga untuk menonton partai ini saya terpaksa menonton di lantai pertama yang notabene tempat keluarga bapak kost saya.
Pasti akan sangat mudah dan tidak canggung kalau saya mempunyai teman untuk sekedar menemani saya melihat partai ini karena bapak kost saya juga tidak suka sepakbola. Namun apa daya semua teman saya sibuk dengan urusannya sendiri dan sepakbola menjadi hal yang sangat tidak menarik buat mereka. Maka dengan perasaan kecewa saya turun sendiri ke lantai satu. Saya tidak boleh melewatkan partai ini apapun yang terjadi.
Ternyata menonton TV di lantai satu tak semudah yang saya bayangkan. Saya kira kita bebas mematikan dan menghidupkan TV seperti yang ada di lantai dua namun nyatanya lain. Stop kontak TV tersebut ada di kamar utama bapak dan ibu kost meskipun Tvnya ada di luar. Ini jelas adalah TV pribadi. Tapi apa daya, saya harus melihat pertandingan ini. Dengan sedikit malu saya meminta putra dari bapak kost saya (lagi-lagi bukan penikmat sepakbola) untuk menghidupkan TV. Kalau saja ada tempat lain dimana saya bisa menonton sepakbola secara nyaman pasti saya datang. Tapi nyatanya ga ada, ga ada nobar, teman teman saya juga ga ada yang demen sepakbola. Kalau ada mungkin Cuma sepakbola luar negeri saja.
Dulu ketika SMP dan kost saya belum pendah ke sini saya mempunyai mbak kost yang juga penggila bola seperti saya. Namanya Riza, ia adalah pendukung Arema. Dulu setiap partai Arema dan partai partai seru yang lain kami selalu nonton bareng. Namun saat ini dia sudah kuliah di Malang dan saya harus menyaksikan sepakbola seorang diri. Jujur saja, ini sama sekali ga enak. Saya kecewa dengan lingkungan dimana tempat saya tinggal saat ini. Mengapa dari jutaan penggila bola ga ada satupun yang tinggal dekat dengan saya?
Saya tahu sepakbola Cuma masalah kegemaran, tidak harus semua orang suka dengan olahraga ini. Tapi mengapa jika di tempat lain ada begitu banyak penikmat sepakbola sedangkan di sini tidak ada????Kenapa?????????
Sebenarnya masalah ini sudah saya alami sejak dulu, bahkan sejak saya mulai mengenal dan menyukai olahraga ini. Praktis Cuma mbak Riza orang yang mempunyai hobi sama dengan saya, yang lainnya tidak ada. Bahkan keluarga saya juga tidak ada yang penikmat sepakbola. Ayah saya sama sekali ga suka sepakbola. Beliau lebih memilih tidur daripada nonton bola. Saya kenal bola bukan dikenalkan oleh siapapun seperti kebanyakan orang, saya kenal dengan sendirinya yaitu lewat TV..
Saya selalu bertanya tanya di dalam hati, Dimana penggila sepakbola itu tinggal?? Apakah mereka selalu jauh dariku?? Saya ingin berbaur dengan mereka menonton sepakbola bersama tertawa bersama berteriak bersama, tegang bersama, tidak di tempat sunyi yang kadang kadang harus merelakan ganti chanel TV karena harus berbagi dengan penghuni kost yang lain seperti ini. Bukankah Negeri ini supporter fanatiknya ada banyak sekali?? Tapi kenapa ga ada satupun yang berada dekat dengan saya? Dimana saya bisa menemukan kalian???
Mungkin kalian yang membaca tulisan ini akan menertawakan masalah saya ini dan menganggap saya kuper atau apalah. Terserah kalian mau bicara apa, saya ga peduli. Satu hal yang pasti, meskipun harus menonton bola sendiri saya tidak akan berhenti mencintai sepakbola dan mencari kegemaran yang lain. Bagi saya sepakbola ga ada duanya. Suatu hari nanti pasti saya akan menemukan mereka. Saya akan datang ke stadion langsung dan menyaksikan sebuah partai yang seru bersama mereka. Saya pasti bisa bersatu bersama mereka dan menjadi bagian dari mereka.
Selesai..
Rista Fitria Anggraini.
Sabtu, 25 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar